Laman

Wednesday, September 16, 2020

Propolis Lebah

 Sudah diterbitkan di Koran Harian Sumedang Ekspres edisi 14 Juli 2020


PROPOLIS DAN SEGUDANG MANFAATNYA

Oleh: Muhammad Rijal Senjaya 


            Pernah mendengar kata “Propolis”? apa yang ada di benak Anda? Sebuah produk yang biasa dijual di apotik dengan harga selangit? Dugaan Anda tidak salah. Saat ini, propolis memang banyak dijadikan sebagai obat herbal dengan sejuta khasiat yang dianggap manjur untuk kesehatan manusia.

Asal Muasal

            Propolis merupakan salah satu produk yang dihasilkan oleh lebah selain madu, pollen, dan royal jelly. Propolis digunakan oleh lebah sebagai bahan perekat sarang dan alat pertahanannya. Menurut peneliti bernama Gojmerac, propolis adalah bahan perekat atau dempul yang bersifat resin yang dikumpulkan oleh lebah pekerja dari kuncup, kulit tumbuhan atau bagian-bagian lain dari tumbuhan. Resin-resin yang diperoleh dari bermacam-macam tumbuhan ini dicampur dengan saliva dan enzim lebah sehingga berbeda dari resin asalnya.

Terminologi

            Propolis berasal dari bahasa Yunani, yakni “pro” yang berarti sebelum dan “polis” yang berarti kota atau sarang lebah. Hal tersebut bermakna bahwa propolis merupakan pertahanan kota atau jika dihubungkan dengan lebah berarti sistem pertahanan sarang lebah. Lebah menjadikan propolis sebagai alat pertahanan disamping sengatan dan gigitan yang ditimbulkannya. Pada lebah tanpa sengat, seperti spesies Trigona sp., propolis dijadikan sebagai alat pertahanan utama dari serangan predator dan mikroorganisme perusak.

Sejuta Khasiat

            Sejak dulu, bangsa Romawi dan Yunani menggunakan propolis untuk mengobati bengkak dan bangsa Mesir menggunakannya sebagai obat. Hippocrates, pendiri kedokteran modern, menggunakannya untuk penyembuhan luka dan bisul internal maupun eksternal.

            Menurut hasil penelitian, propolis diketahui mampu berperan sebagai antimikroba, antiinflamasi, penyembuhan, anestesi, antitrypanosomal, antikarsinogenik, antikariogenik, antioksidan, dan antiviral. Propolis juga dapat digunakan untuk menyembuhkan epilepsi, penyakit jantung koroner, tumor kandungan, infeksi saluran kemih, infeksi jamur kulit, radang usus buntu, radang gusi, infeksi akar gigi, serta sinusitis.           

Kandungan Propolis

            Berdasarkan penelitian, telah teridentifikasi sebanyak 300 jenis senyawa dalam propolis dengan kandungan gizi mikro yang melimpah. Gojmerac menyatakan bahwa propolis mengandung bahan campuran kompleks malam, resin, balsam, minyak, dan sedikit polen. Selain itu, propolis juga mengandung zat aromatik, zat wangi, dan berbagai mineral.

            Kandungan kimia propolis terdiri atas 50% resin (flavonoid, asam aromatik, dan esternya), 30% lilin (asam lemak dan testernya), 10% minyak esensial (volatil), 5% pollen (protein dan asam amino bebas) dan 5% berbagai senyawa organik dan mineral (mineral, keton, lakton, quinon, steroid, vitamin (A, B1, B2, B6, C, dan E), dan gula).

            Propolis juga terdiri atas beberapa senyawa alami kompleks antara lain: terpenoid, flavonoid, ester asam fenolat, asam imbrikatoloat, phinocembrin, fisetin, dan lain sebagainya. Selain itu, propolis juga mengandung senyawa fenol yang tinggi yang berperan sebagai anti radikal bebas.

            Komposisi kandungan propolis tergantung pada jenis tanaman yang dikonsumsi lebah. Perbedaan vegetasi tumbuhan, musim panen dan lokasi geografi menyebabkan perbedaan komposisi kimia dari propolis.

Hambatan Pemanfaatan dan Solusinya

            Propolis memiliki aroma dan rasa yang menyengat sehingga cenderung tidak disukai. Hal tersebut menjadi hambatan sekaligus tantangan dalam pemanfaatan propolis. Permasalahan tersebut dapat di atasi dengan melakukan penyalutan terhadap propolis menggunakan bahan-bahan tertentu atau dalam bahasa ilmiah dikenal sebagai mikroenkapsulasi (enkapsulasi skala mikro).

            Selain aroma dan rasa yang kurang menyengat, dengan mikroenkapsulasi, propolis juga menjadi larut dalam air (propolis hanya larut dalam alkohol) sehingga mempermudah proses pengolahannya. Dengan begitu, propolis tidak hanya dapat dimanfaatkan dalam bentuk cairan obat, tetapi dapat pula dalam bentuk makanan instan, kosmetik, bahan pembersih, dan lain sebagainya. Misalnya, di Jepang, propolis telah  dimanfaatkan dalam bentuk permen, coklat, gula-gula, shampo, krim kulit, cairan antiseptik, dan pasta gigi.

Metode Mikroenkapsulasi

            Dari sekian banyak metode mikroenkapsulasi yang dapat digunakan, koaservasi kompleks menjadi suatu metode yang patut diperhitungkan karena keunggulannya dalam menghasilkan mikrokapsul dengan efisiensi enkapsulasi yang tinggi dibandingkan dengan metode lainnya. Namun, disisi lain penggunaan metode ini perlu sedikit merogoh kocek lebih dalam. Pasalnya, bahan penyalut yang digunakan dalam metode ini berjumlah dua jenis atau lebih.

            Mekanisme penyalutan pada metode koaservasi kompleks berlandaskan pada teori penyatuan dua buah polimer yang memiliki muatan berbeda jenis, yakni positif dan negatif. Seiring dengan pembentukan kompleks tersebut, maka propolis yang dienkapsulasi akan terperangkap dalam matriks kedua bahan penyalut hingga membentuk koaservat yang jika dikeringkan menjadi bubuk-bubuk halus/mikrokapsul.

Potensi Propolis di Indonesia

            Menurut seorang peneliti dari Universitas Padjadjaran yang bernama Mahani, dengan luas area hutan sebesar 200 juta hektar, Indonesia memiliki potensi yang tinggi dalam memproduksi propolis lebah tanpa sengat. Diprediksi, Indonesia mampu menghasilkan propolis sebanyak 2.243 ton dalam 4 bulan atau 6.729 ton per tahun. Hal ini juga didukung dengan potensi jenis lebah sengat (Trigona sp) di Indonesia.

            Lebah Trigona sp. banyak dijumpai di Indonesia. Di pulau Jawa telah diketahui ada sekitar sembilan spesies Trigona, Sumatera 18 spesies Trigona, Kalimantan 31 Spesies Trigona, dan NTB dua spesies Trigona. Oleh karenanya, ada beberapa nama lain dari lebah Trigona sp dari berbagai daerah di Indonesia. Misalnya, di Jawa disebut sebagai Lanceng atau Klanceng, di tataran Sunda disebut Teuweul, di Lombok disebut Nyanteng, di tataran Minang disebut Galo-galo, dan di Sulawesi Selatan disebut Ketape.

            Lebah jenis Trigona memiliki kelebihan dibandingkan dengan jenis Apis yakni jumlah produksi yang jauh lebih banyak. Selain itu, budidaya lebah Trigona tergolong cukup mudah, tidak membutuhkan perawatan khusus, bahkan sarangnya dapat digantung di atap rumah atau di pohon yang rindang. Dengan demikian, kekayaan alam berupa propolis di Indonesia sangat perlu untuk terus dikembangkan mengingat potensinya yang cukup besar, bukan hanya berkhasiat untuk kesehatan, tetapi juga sebagai ajang peningkatan ekonomi masyarakat Indonesia.


Peringatan!!!
Dilarang meng-copy post ini secara illegal, kecuali jika kamu mendapatkan izin dari penulis atau dengan mencantumkan sitasi URL pada blog atau tugasmu.
Hargailah penulis OK!!!