Laman

Wednesday, January 10, 2018

Macam - Macam Majas dan Contohnya


Majas adalah gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran si pengarang.

1. Klimaks
Adalah semacam gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal yang dituntut semakin lama semakin meningkat.
Contoh : Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran pengalaman, dan pengalaman harapan.

2. Antiklimaks
Adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berurutan semakin lma semakin menurun.
Contoh : Ketua pengadilan negeri itu adalah orang yang kaya, pendiam, dan tidak terkenal namanya

3. Paralelisme
Adalah gaya bahasa penegasan yang berupa pengulangan kata pada baris atau kalimat. Contoh : Jika kamu minta, aku akan datang

4. Antitesis
Adalah gaya bahasa yang menggunakan pasangan kata yang berlawanan maknanya.
Contoh : Kaya miskin, tua muda, besar kecil, smuanya mempunyai kewajiban terhadap keamanan bangsa.
Reptisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai

5. Epizeuksis
Adalah repetisi yang bersifat langsung, artinya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut.
Contoh : Kita harus bekerja, bekerja, dan bekerja untuk mengajar semua ketinggalan kita.

6. Tautotes
Ada;aj repetisi atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah konstruksi.
Contoh : kau menunding aku, aku menunding kau, kau dan aku menjadi seteru

7. Anafora
Adalah repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap garis.
Contoh : Apatah tak bersalin rupa, apatah boga sepanjang masa

8. Epistrofora
Adalah repetisi yang berwujud perulangan kata atau frasa pada akhir kalimat berurutan Contoh : Bumi yang kau diami, laut yang kaulayari adalah puisi,
Udara yang kau hirupi, ari yang kau teguki adalah puisi

9. Simploke
Adalah repetisi pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut.
Contoh : Kau bilang aku ini egois, aku bilang terserah aku. Kau bilang aku ini judes, aku bilang terserah aku.

10. Mesodiplosis
Adalah repetisi di tengah-tengah baris-baris atau beberapa kalimat berurutan.
Contoh : Para pembesar jangan mencuri bensin. Para gadis jangan mencari perawannya sendiri.

11. Epanalepsis
Adalah pengulangan yang berwujud kata terakhir dari baris, klausa atau kalimat, mengulang kata pertama.
Contoh : Kita gunakan pikiran dan perasaan kita.

12. Anadiplosis
Adalah kata atau frasa terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frasa pertama dari klausa berikutnya.
Contoh : Dalam baju ada aku, dalam aku ada hati. Dalam hati : ah tak apa jua yang ada.

13. Aliterasi
Adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang sama.
Contoh : Keras-keras kena air lembut juga

14. Asonansi
Adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang sama.
Contoh : Ini luka penuh luka siapa yang punya

15. Anastrof atau Inversi
Adalah gaya bahasa yang dalam pengungkapannya predikat kalimat mendahului subejeknya karena lebih diutamakan.
Contoh : Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat peranginya.

16. Apofasis atau Preterisio
Adalah gaya bahasa dimana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal.
Contoh : Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara

17. Apostrof
Adalah gaya bahasa yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir.
Contoh : Hai kamu semua yang telah menumpahkan darahmu untuk tanah air bercinta ini berilah agar kami dapat mengenyam keadilan dan kemerdekaan seperti yang pernah kau perjuangkan

18. Asindeton
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung agar perhatian pembaca beralih pada hal yang disebutkan.
Contoh : Dan kesesakan kesedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik penghabisan orang melepaskan nyawa.

19. Polisindeton
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung. Contoh : Kemanakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah pada gelap dan dingin yang merontokkan bulu-bulunya?

20. Kiasmus
Adalah gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, yang bersifat berimbang, dan dipertentangkan satu sama lain, tetapi susunan frasa dan klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frasa atau klausa lainnya.
Contoh : Semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk melanjutkan usaha itu.

21. Elipsis
Adalah gaya bahasa yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca.
Contoh : Risalah derita yang menimpa ini.

22. Eufimisme
Adalah gaya bahasa penghalus untuk menjaga kesopanan atau menghindari timbulnya kesan yang tidak menyenangkan.
Contoh : Anak ibu lamban menerima pelajaran

23. Litotes
Adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri
Contoh : Mampirlah ke gubukku!
24. Histeron Proteron
adalah gaya bahasa yang merupakan kebailikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar.
Contoh : Bila ia sudah berhasil mendaki karang terjal itu, sampailah ia di tepi pantai yang luas dengan pasir putihnya

25. Pleonasme
Adalah gaya bahasa yang memberikan keterangan dengan kata-kata yang maknanya sudah tercakup dalam kata yang diterangkan atau mendahului.
Contoh : Darah merah membasahi baju dan tubuhnya

26. Tautologi
Adalah gaya bahasa yang mengulang sebuah kata dalam kalimat atau mempergunakan kata-kata yang diterangkan atau mendahului.
Contoh : Kejadian itu tidak saya inginkan dan tidak saya harapkan

27. Parifrasis
Adalah gaya bahasa yang menggantikan sebuah kata dengan frase atau serangkaian kata yang sama artinya.
Contoh : Kedua orang itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat itu

28. Prolepsis atau Antisipasi
Adalah gaya bahasa dimana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi.
Contoh : Keua orang tua itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat itu.

29. Erotesis atau Pertanyaan Retoris
Adalah pernyataan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban.
Contoh : inikah yang kau namai bekerja?

30. Silepsis dan Zeugma
Adalah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata yang lain sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan sebuah kata dengan dua kata yang lain sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama.
Contoh : ia menundukkan kepala dan badannya untuk memberi hormat kepada kami.

31. Koreksio atau Epanortosis
Adalah gaya bahasa yang mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya.
Contoh : Silakan pulang saudara-saudara, eh maaf, silakan makan.
32. Hiperbola
Adalah gaya bahasa yang memberikan pernyataan yang berlebih-lebihan.
Contoh : Kita berjuang sampai titik darah penghabisan

33. Paradoks
Adalah gaya bahasa yang mengemukakan hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya tidak karena objek yang dikemukakan berbeda.
Contoh : Dia besar tetapi nyalinya kecil.

34. Oksimoron
adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama.
Contoh : Keramah-tamahan yang bengis

35. Asosiasi atau Simile
Adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan keadaan yang dilukiskannya.
Contoh : Pikirannya kusut bagai benang dilanda ayam

36. Metafora
Adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda tertentu dengan benda lain yang mempunyai sifat sama.
Contoh : Jantung hatinya hilang tiada berita

37. Alegori
adalah gaya bahasa yang membandingkan kehidupan manusia dengan alam.
Contoh : Iman adalah kemudi dalam mengarungi zaman.

38. Parabel
Adalah gaya bahasa parabel yang terkandung dalam seluruh karangan dengan secara halus tersimpul dalam karangan itu pedoman hidup, falsafah hidup yang harus ditimba di dalamnya.
Contoh : Cerita Ramayana melukiskan maksud bahwa yang benar tetap benar

39. Personifikasi
Adalah gaya bahasa yang mengumpamakan benda mati sebagai makhluk hidup.
Contoh : Hujan itu menari-nari di atas genting

40. Alusi
Adalah gaya bahasa yang menghubungkan sesuatu dengan orang, tempat atau peristiwa.
Contoh : Pkartini kecil itu turut memperjuangkan haknya

41. Eponim
Adalah gaya dimana seseorang namanya begitu sering dihubungakan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan suatu sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu.
Contoh : Hellen dari Troya untuk menyatakan kecantikan.

42. Epitet
Adalah gaya bahasa yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal.
Contoh : Lonceng pagi untuk ayam jantan.

43. Sinekdoke
- Pars Pro Tato
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagianhal untuk menyatakan keseluruhan. Contoh : Saya belum melihat batang hidungnya
- Totem Pro Parte
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan seluruh hal untuk menyatakan sebagian. Contoh : Thailand memboyong piala kemerdekaan setelah menggulung PSSi Harimau

44. Metonimia
Adalah gaya bahasa yang menggunakan nama ciri tubuh, gelar atau jabatan seseorang sebagai pengganti nama diri. Contoh : Ia menggunakan Jupiter jika pergi ke sekolah

45. Antonomasia
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan sifat atau ciri tubuh, gelar atau jabatan seseorang sebagai pengganti nama diri. Contoh : Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.

46. Hipalase
Adalah gaya bahasa sindiran berupa pernyataan yang berlainan dengan yang dimaksudkan. Contoh : ia masih menuntut almarhum maskawin dari Kiki puterinya (maksudnya menuntut maskawin dari almarhum)

47. Ironi
Adalah gaya bahasa sindiran berupa pernyataan yang berlainan dengan yang dimaksudkan. Contoh : Manis sekali kopi ini, gula mahal ya?

48. Sinisme
adalah gaya bahasa sindiran yang lebih kasar dari ironi atau sindiran tajam
Contoh : Harum bener baumu pagi ini

49. Sarkasme
Adalah gaya bahasa yang paling kasar, bahkan kadang-kadang merupakan kutukan.
Contoh : Mampuspun aku tak peduli, diberi nasihat aku tak peduli, diberi nasihat masuk ketelinga

50. Satire
Adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu.
Contoh : Ya, Ampun! Soal mudah kayak gini, kau tak bisa mengerjakannya!

51. Inuendo
Adalah gaya bahasa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.
Contoh : Ia menjadi kaya raya karena mengadakan kemoersialisasi jabatannya

52. Antifrasis
Adalah gaya bahsa ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna sebaliknya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau kata-kata yang dipakai untuk menangkal kejahatan, roh jahat, dan sebagainya.
Contoh : Engkau memang orang yang mulia dan terhormat

53. Pun atau Paronomasia
Adalah kiasan dengan menggunakan kemiripan bunyi.
Contoh : Tanggal satu gigi saya tinggal satu

54. Simbolik
Adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda-benda lain sebagai simbol atau perlambang.
Contoh : Keduanya hanya cinta monyet.

55. Tropen
Adalah gaya bahasa yang menggunakan kiasan dengan kata atau istilah lain terhadap pekerjaan yang dilakukan seseorang.
Contoh : Untuk menghilangkan keruwetan pikirannya, ia menyelam diri di antara botol minuman.

56. Alusio
Adalah gaya bahasa yang menggunakan pribahasa atau ungkapan.
Contoh : Apakah peristiwa Turang Jaya itu akan terulang lagi?

57. Interupsi
adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan di dalam kalimat pokok untuk lebih menjelaskan sesuatu dalam kalimat.
Contoh : Tiba-tiba ia-suami itu disebut oleh perempuan lain.

58. Eksklmasio
Adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata seru atau tiruan bunyi.
Contoh : Wah, biar ku peluk, dengan tangan menggigil.

59. Enumerasio
Adalah beberapa peristiwa yang membentuk satu kesatuan, dilukiskan satu persatu agar tiap peristiwa dalam keseluruhannya tanpak dengan jelas.
Contoh : Laut tenang. Di atas permadani biru itu tanpak satu-satunya perahu nelayan meluncur perlahan-lahan. Angin berhempus sepoi-sepoi. Bulan bersinar dengan terangnya. Disana-sini bintang-bintang gemerlapan. Semuanya berpadu membentuk suatu lukisan yang haromonis. Itulah keindahan sejati.

60. Kontradiksio Interminis
Adalah gaya bahasa yang memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang telah dikemukakan sebelumnya.
Contoh : semuanya telah diundang, kecuali Sinta.

61. Anakronisme
Adalah gaya bahasa yang menunjukkan adanya ketidak sesuaian uraian dalam karya sastra dalam sejarah, sedangkan sesuatu yang disebutkan belum ada saat itu.
Contoh : dalam tulisan Cesar, Shakespeare menuliskan jam berbunyi tiga kali (saat itu jam belum ada)

62. Okupasi
Adalah gaya bahasa yang menyatakan bantahan atau keberatan terhadap sesuatu yang oleh orang banyak dianggap benar.
Contoh : Minuman keras dapat merusak dapat merusak jaringan sistem syaraf, tetapi banyak anak yang mengkonsumsinya.

63. Resentia
Adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu yang tidak mengatakan tegas pada bagian tertentu dari kalimat yang dihilangkan.
Contoh : “Apakah ibu mau….?”




ADAT DAN TRADISI BUDAYA SUNDA

1. NGALAMAR
Prah di mana-mana, atawa biasa kapanggih. Kaasup di luar nagri. Samèmèh lalaki jeung awèwè resmi dikawinkeun, sok dimimitian heula ku acara ngalamar. Ngan carana anu teu sarua atawa bèda-bèda tèh. Cara ngalamar urang Amèrika, pasti bèda jeung urang Indonèsia. Nya kitu deui antara urang Jawa Tengah atawa jawa Timur jeung urang Sunda.
            Urang Sunda ogè gumantung kana waktu jeung tempatna. Cara ngalamar jaman baheula jeung ayeuna, pasti henteu sarua. Nya kitu deui cara ngalamar urang Cianjur jeung urang Banten, èta ogè moal sarua deuih.
Tradisi Ngalamar
            Ngalamar jaman ayeuna leuwih gampang jeung sederhana. Bèda jeung jaman baheula, loba pisan cara jeung aturanana.
            Jaman baheula mah antara si lalaki nu rèk ngalamar, jeung si awèwè nu rèk dilamar tèh, tacan tangtu wawuh. Ari ayeuna mah apan, umumna lain baè geus wawuh, tapi geus jadi bèbènè (kabogoh). Jadi nu disebut ngalamar tèh, ukur formalitas atawa nanya resmi, siap henteuna si awèwè diajak kawin.
            Atuh jawabanana ogè, moal aya basa nolak. Langsung satuju, malah sakalian nangtukeun waktuna. Ari sababna lian ti geus pada wawuh, biasana sarua bogohna.
            Tah, ngalamar jaman baheula mah can tangtu kitu. Teu unggal ngalamar pasti ditarima. Bisa waè si awèwèna nolak, boh lantaran teu bogoh, boh lantaran geus kapiheulaan ku nu sèjen. Ngan dina nolakna tara togmol nyebut embung. Upamana langsung ngajawab, “punten pun anakna henteu bogoheun” Atawa, “Punten parantos aya nu gaduh”
            Tapi ngusahakeun sangkan dina nolakna, henteu matak nyerieun hatè pihak anu ditolak. Contona, “Nya èta pun anak tèh, teu acan aya niat rarabi. Ma’lum masih kènèh bau jaringao.” Padahal nempo ukurna, geus meujeuhna dikawinkeun. Ngan ku sabab awèwèna teu bogoh atawa kolotna teu satuju, lamaranana kapaksa ditolak.
            Lamun hayang leuwih jèntè awèwèna teu bogoheun, carana nolak bisa ku cara mapandèkeun kana manuk. Biasana manuk titiran. “ Nya èta gaduh manuk tèh titiran emas, sakurungna kedah sareng titiran emas deui.” Maksudna anak kuring tèh teu bogoheun. Bisa jadi lantaran anu ngalamarna kurang kasèp.
            Baeula mah sual jodo tek kacida apikna. Mèmèh ngalamar jeung narima lamaran, kudu puguh heula, anak saha, beunghar atawa henteu. Boga pangkat atawa ukur jelema biasa. Tegesna, ditaliti heula kaayaan kulawargana, bisi henteu sarua atawa henteu saimbang.
            Ari sababna harita mah, anak mènak kudu jeung anak mènak deui. Nu beunghar kudu jeung nu beunghar deui. Utamana lamun tacan wawuh.
            Di Cianjur baheula, aya kabiasaan kieu: titahan si lalaki, naghaja nyèmah ka kulawarga awèwè. Sanggeus disuguhan, si pribumi sok buru-buru nanya:
“ geuning aya pikersaeun naon, asa rareuwas teuing?” cèk pribumi.
“Nya èta gaduh manuk, mung teu acan gaduh kurungna,”
“kagungan manuk naon kitu?”
“Titiran emas”
“Euleuh atuh kurungna gè kedah kurung saè. Kaleresan gaduh hiji, hèg terus acan aya manukan.”
            Tina obrolan di luhur, kanyahoan wèh, boh lalakina, boh awèwèn, sarua turunan mènak. Bèda deui upama si sèmah nyebutkeun manuk piit atawa ukur cangkurileung. Nya kitu deui upama pribumi ukur nyebutkeun, aya ogè kurung  biasa, hartina turunan jelema bisa.
            Cara sèjènna dina nyuguhan. Upama pribumi hayang nèmbongkeun, yèn manèhna kulawarga mènak, wadah susuguhna sok ngagunakeun bahan poslèn. Utamana pisin jeung cangkirna. Engkè samèmèh ki Sèmah ngasaan susuguh pribumi, sok nanya kieu:
“Euleuh ieu cacangkir aya ku saè, moal lepat deui bahanna tina poslèn,”maksudna nanyakeun naha enya pribumi tèh kulawarga mènak?

“Leres poslèn asli wedalan Cina,” maksadna, bener malah mènak bolongkotan. Lain ngan ukur tuturunan, atawa boga gelar radèn pamèrè, pèdah aki-buyutna kungsi digawè di karaton.
            Dijawab deui ku ki semah, “Kaleresan, di rormpok ogè gaduh, heug mani sami pisan,” maksudna, sarua manèhna ogè kulawarga mènak asli.

            Anu dicaritakeun di luhur, kakara ngalamar tahapan kahiji. Upama kira-kira sarua satuju, isuk pagèto bakal datang deui, resmi ngalamar. Tahapan nepi ka dinya disebutna neundeun omong. Duanana kakara satuju. Tapi, boh pihak awèwè, boh pihak lalaki, acan katalian ku jangji nanaon. Ku kituna meunang masing rèk ngabatalkeun ogè.
            Naon sababna disebut neundeun omong? Sabab pihak lalaki tacan mèrè nanaon. Mun barangbeuli tèa mah, acan mèrè tanda pangjadi.
                                                                                    (Dicutat tina buku ajar Pamager Basa)

2. TUJUH BULANAN
Tradisi Tujuh Bulanan

Nya èta salametan nu kakandungan tujuh bulan. Biasana nu keur kakandungan dimandian cai tujuh rupa. Lian ti eta sok nyieun rurujakan, rujak bebek. Rujakna tuluy dijual, ari duit jang pameulina ku talawèngkar (sesemplèkan kentèng atawa gagarabah). Engkèna duduitan lading rujak ku nu kakandungan dipiceun ka parapatan jalan. Cenah, lamun rujakna lada, anakna pasti lalaki. Upama semu amis, awewè.

Lian ngarujak bebek, bapana orok nu dikandung ngagambaran dawegan kalapa konèng, make peso mèncos atawa paku. Biasana gambar wayang Arjuna atawa Subadra. Kudu dawegan konèng, supaya kulit anakna engke koneng.
Dawegan dibeulah dua ku bapana orok nu dikandung. Upama beulahna sarua, pasti anakna kasèp atawa geulis. Munlalaki kembaran Arjuna, upama awèwè kembaran subadra

3. HAJAT LAUT
Pantai Pangandaran merupakan pantai selatan yang membentang dari pesisir selatan Jawa Barat. Konon pantai selatan memiliki penguasa yang sudah dikenal oleh banyak orang yaitu Nyi Roro Kidul. Pertamanya diadakan hajat laut ini adalah bermaksud untuk memberikan sedekah atau sesajen kepada penguasa pantai selatan yang mana telah memberikan kemakmuran bagi masyarakat Pangandaran yang mana telah mengambil kekayaan yang berada di pantai selatan. Setiap tahun masyarakat Pangandaran mengadakan Acara Hajat Laut sebagai rasa syukur atas kenikmatan yang telah diberikan.
Tradisi Hajat Laut
Pertama-tama para nelayan menyiapkan beberapa jampan (sesaji) terlebih dahulu. Isi dari sesaji ini berupa kepala kerbau dan kepala kambing. Biasanya kerbau dan kambing di beli para nelayang dengan penggalangan dana dari masyarakat Pangandaran. Setelah sesaji siap, para tokoh ulama dan masyarakat Pangandaran mengadakan doa bersaman terlebih dahulu dengan membacakan Yasin dan Ayat-Ayat Suci Al-Qur’an. Kemudian setelah doa selesai dibacakan inti dari Ritual Hajat Laut pun tiba, beberapa nelayan membawa jampan ke pinggir laut. Satu demi satu jampan dinaikan ke atas perahu. Setelah itu bebrapa nelayan membawa jampan tersebut ke tengah laut kira-kira lima mil dari pesisir pantai Pangandaran. Seluruh nelayan ikut dalam iring-iringan, mengawal perahu utama yang membawa jampan. Perahu paran nelayan dihias sedemikian rupa dan warna serta menambahkan ornament-ornamen tertentu yang dapat menarik perhatian.  Perahu hias ini menjadi daya tarik para wisata yang melihat Ritual Hajat Laut. Setelah sampai di tengah laut, satu persatu jampan pun di tenggelamkan. Para nelayan terjun ke laut sambil membawa ember untuk berebut air laut disekitar jampan yang ditenggelamkan. Air ini apabila di guyurkan atau di mandikan kepada perahu mereka dipercaya mendapatkan berkah selama satu tahun kedepan dengan hasil tangkapan yang banyak dan berlimpah. Setelah prosesi penurunan jampan selesai para nelayan kembali ke pesisir pantai. Acara Hajat Laut biasanya di meriahkan dengan beberapa perlombaan seperti panjat pinang, tangkap bebek di laut dan balapan penyu. Untuk hiburannya biasanya dimeriahkan oleh kesenian tradisional Jawa Barat dan tarian-tarian tradisional.
Tujuan utama dari hajat laut ini hanya sekedar untuk bersyukur atas kenikmatan dan karunia yang diberikan oleh Tuhan selama satu tahun. Dengan diadakannya acara hajat laut ini meningkatkan tradisi dan kearifan budaya local, meningkatkan dan mempererat tali persaudaraan antara para nelayan khususnya di daerah Pangandaran. Selain dari itu acara hajat laut juga bertujuan untuk menarik para wisatawan local maupun asing untuk berkunjung ke Pantai Pangandaran.

4. BABARIT

Tradisi Babarit
Tradisi babarit atau ngababaritan yang masih rutin digelar masyarakat desa Karangmalang, tradisi babarit, merupakan sebuah upacara ritual adat peninggalan masyarakat budaya megalitikum yang secara turun temurun nyaris tak pernah terputus dilaksanakan.
Tradisi babarit yang masih digelar masyarakat Desa Karangmalang, berupa pesta kecil masyarakat dalam satu desa. Pesta kecil dalam prosesi tradisi budaya tersebut, diwarnai dengan kesenian tayuban berupa kolaborasi tabuhan alat musik tradisional, seperti kendang, bonang, saron, gambang, goong, dan kesetan rebab mengiringi lantunan lagu dan tarian klasik khas acara babarit.
Lagu-lagu sunda klasik khas ritual babarit yang biasa dilantunkan, di antaranya berjudul lahir batin, golewang, titipati, silih asih, renggong buyut, goyong-goyong, dan raja pulang. “Semua lagu sunda klasik yang biasa dilantunkan pada acara-acara babarit itu, mengandung makna.
Intinya sebagai nasihat dan penuntun masyarakat untuk selalu berbuat kebaikan terhadap sesama manusia dan lingkungan alam.
Pelaksanaan acara babarit, biasa dilaksanakan rutin setahun sekali. Pada umumnya dilaksanakan setelah panen atau menjelang musim tanam pertama padi, juga sebagai hajat sukur bumi, dan dilaksanakan sebagai tanda diperbolehkannya masyarakat menggelar hajat pernikahan.

5. MEUNCIT SATO BELA

Tradisi Meuncit Sato Bela
Definisi:
Meuncit Sato Béla nyaeta sahiji adat nu aya di Jawa Barat. Naon baé satona mah, rék hayam jago, domba jalu, atawa munding jalu. Tapi, biasana mah mun lain hayam, paling domba atawa embé. Sato nu dipaké, dipeuncit bareng jeung nyunatan budak. Budak sempring disunatan, sato nu dipaké béla gérésél dipeuncit. Tujuannana sangkan budak nu disunatan henteu ngarasa nyeri. Cenah, lantaran rasa nyerina dipindahkeun ka sato nu dipakè bèla tèa.
Tujuan:
 Sangkan budak nu disunatan henteu ngarasa nyeri. Cenah, lantaran rasa nyerina dipindahkeun ka sato nu dipakè bèla tèa.
Waktos Pelaksanaan:
Waktos dilaksanakeunanna biasana pas aya budak nu keur hajatan disunatan .
Pakakas:
1.       Bedog /peso nu seukeut
2.       Pacul keur ngagali taneuh
3.       Lobang nu geus siap teh keur wadah getih sato nu ngocor
4.       Gedebong cau keur nyarekeun sirah sato nu bade dipeuncit
Tata Cara:
1.   Saena nu meuncit nyaeta shohibul kurbanna sorangan , ari mampu mah. Ari teu tiasa , bisa diwakilan ku jalmi nu lian , sareng sohibul kurban teh disyariatan keur turut nyaksian .
2.   Gunakan pisau yang setajam mungkin. Semakin tajam, semakin baik. Ini berdasarkan hadis dari
Apikna ngagunakeun peso nu seukeut . Makin seukeut eta peso , makin sae. Ieu teh didasarkeun ku hadis ti Syaddad bin Aus radhiallahu ‘anhu, ari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْح وَ ليُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُفَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ
“Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan dalam segala hal. Jika kalian membunuh maka bunuhlah dengan ihsan, jika kalian menyembelih, sembelihlah dengan ihsan. Hendaknya kalian mempertajam pisaunya dan menyenangkan sembelihannya.” (HR. Muslim).
Ti hadis eta , kedah dipahaman ari keur meuncit sato teh , kudu ngagunakeun peso anu seukeut sangkan sato  nu disembelihna teu kasiksa.
3.   Henteu ngasah peso dihareupeun sato nu bade di peuncit , kusabab eta teh bakal nyieun sato nu bade dipeuncit ngarasa sieun sateuacan dipeuncit
4.   Ngahadapkeun sato nu bade di peuncit ka arah kiblat

5.   Ngabaringkeun sato diluhur lambung kiri

Ieu teh ngegampilkeun nu motong ngagunakeun leungen kanan jeung nyekel sato di kiri
6.   Nincak  suku di beuheung sato

7.   Bacaan keur meuncit sato

Sateuacanna meuncit sato, kudu maca basmalah. Ieu teh wajib dilaksanakeun .
          وَ لاَ تَأْكُلُواْ مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ الله عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ..
Janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. (QS. Al-An’am: 121).
8.   Dianjurkeun maca  takbir (Allahu akbar) sangges maca basmalah
9.   Nyebutkeun nami jalmi nu dituju.
Bacaan takbir jeung nyebut nami sohibul kurban hukumna sunnah , teu wajib . Jadi, tetep sah ari teu maca takbir jeung nyebut nami sohibul kurban oge .
10.   Meuncitna kudu tereh keur ngaringankeun naon nu dialaman ku sato .
11.   Pastikeun ari bagian genggerong , kerongkongan, dua urat beuheung ( kenca- katuhu ) pasti kakeureut.



Syekh Abdul Aziz bin Baz menyebutkan bahwa penyembelihan yang sesuai syariat itu ada tiga keadaan (dinukil dari Salatul Idain karya Syekh Sa’id Al-Qohthoni):
1.      Kaputusna genggerong , kerongkongan, sareng dua urat  beuheung . Ieu teh kaayaan nu pang alusna . ari kaputus opat hal ieu , maka sembelihananna halal ceuk kabeh ulama.
2.      Kaputusna genggerong , kerongkongan, jeung salah sahiji urat  beuheung . Sembelihanna bener, halal, jeung tiasa di dahar , sangan kaayaan ieu derajatna dihandap kondisi nu kahiji
3.      Kaputusna genggerong  sareng  kerongkongan, teu make  dua urat  beuheung. Status sembelihanana sah jeung halal.
12.    Sabagian ulama nganjurkeun supaya  nyicingkeun  suku anu kenca  gerak, supaya sato leuwih tereh maot.
13.    Teu meunang motongkeun beuheung saacan sato geus maot.
Kabeh ulaman negaskeun, kalakuan saperti ieu hukumna dipikakeheul. Kusabab nambihan rasa nyeri eta sato. Ngulitan sasatoan, ngaleubetkeun ka jero cai panas jeung samacamna oge teu meunang, kecuali sanggeus dipastikeun eta sato teh tos maot.

6. NGARUWAT
Setiap tahunnya petani yang ada di Kabupaten Subang mengadakan ruwatan/ hajat bumi dengan bertujuan memohon keselamatan dalam dirinya, usahanya, pertaniannya dan lain sebagainya dari serangan orang yang jahat, dari berbagai penyakit dan hama untuk segala usaha pertaniannya.
Ruwatan adalah budaya masyarakat Jawa pada umumnya, Ruwatan menurut bahasa setempat mengandung arti “ruwat” yang berarti “luwar” atau “leupas” sedangkan “bum”i mengandung arti tanah yaitu tempat dimana kita berpijak. Tradisi ritual ini dilakukan untuk melepaskan segala bala dan belenggu dari kutukan bawaan dari tanah (lahan pertanian) sebelum mereka olah. Petani menurut adat setempat melarang dengan tegas jika ada seorang petani yang menggarap lahan sawahnya sebelum diadakannya tradisi ngaruwat bumi dilakukan. Jika ada salah satu petani yang melanggar maka petani tersebut akan celaka. Biasanya petani yang mendahului menanam padi sebelum dilaksanakannya acara ruwatan, tanaman padinya tersebut akan terserang hama tikus, burung dan hama-hama yang lainnya yang bersifat merugikan.
Tradisi Ngaruwat
            Dibawah ini adalah syarat atau perlengkapan dalam kegiatan yang biasa penulis jumpai dalam acara tradisi ngaruwat bumi yang ada di kabupaten subang. Adapun kegiatanya meliputi:
1) Mengadakan penggalangan dana untuk biaya ruwatan. Biasanya ketua Rt yang dikordinir oleh ketua Rw atau Kadus (Kepala Dusun) melakukan penggalangan dana dengan cara iuran masing-masing kepala keluarga dengan cara membagi kedalam tiga lapisan masyarakat berdasarkan harta kekayaannya (gotong-royong). Kelas (1) adalah keluarga yang kaya harta, biasaya dipinta iuran sebesar Rp.15.000 - Rp.20.000, sedangkan kelas (2) merupakan keluarga sederhana tapi mampu, biasanya biaya iuran yang dikenakan atara Rp.5.000 – Rp.10.000 dan kelas (3) adalah keluarga yang serba kecukupan bahkan kurang mampu biasanya keluarga yang memiliki tingkat ekonomi rendah tidak dipungut biaya iuran.
2) Membeli hewan kurban sebagai tumbal sesaji/sesajen berupa satu ekor kambing. Kambing yang sudah dibeli kemudian disembelih dan kepala kambing tersebut dijadikan tumbal dan di kubur di tempat pintu air sebagai irigasi sumber air untuk mengairi sawah milik petani yang ada di setiap desa masing-masing. Kepala kambing khusus dijadikan sebagai tumbal dan dikubur sedangkan daging kambingnya dimasak dan disantap pada acara ruatan berlangsung dan beberapa dibungkus dengan plastik untuk dibawa pulang oleh masyarakat yang memberi congcot pada acara ruwatan berlangsung.
3) Menyewa hiburan berupa wayang kulit atau wayang golek untuk memeriahkan acara ruwatan. Acara tersebut biasaya ditujukan untuk menghibur masyarakat agar datang dan senantiasa berkumpul bersama dalam satu acara ngaruwat bumi.
4) Masing-masing kepala keluarga membuat nasi tumpeng atau masyarakat petani setempat menyebutnya dengan “congcot” atau “nyongcot” berupa nasi berbentuk kerucut yang pada atasnya di beri telur bulat utuh kemudian nasi congcot tersebut dikumpulkan di atas meja berukuran panjang pada saat acara dimulai. Nasi congcot berbentuk kerucut tersebut kemudian diambil masing-masing satu sendok nasi dan dicampur dalam sebuah wajan besar yang pada akhirnya nasi tersebut dimakan secara bersama-sama.
5) Menggantungkan jenis-jenis hasil bumi. Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat petani yang ada di Kabupaten Subang satu minggu atau tiga hari sebelum kegiatan tradisi ruwatan dimulai. Jenis-jenis hasil pertanian yang digantungkan di depan gang atau depan pagar rumah biasanya umbi-umbian, buah-buahan, sayur-sayuran bahkan adapula yang menggantungkan beberapa jenis barang seperti rokok dan makan ringan. Berbagai macam jenis hasil pertanian tersebut kemudian digantung dengan seutas tali ke atas ruas bamboo dan dihias masing-masing buah berjumlah satu dan berbeda-beda atau bermacam-macam jenis hasil pertanian.
6) Berbagai jenis sesaji pada saat acara ritual dimulai. Proses ini merupakan proses puncak dimana pada proses ini dilakukan beberapa kegiatan inti seperti sambutan-sambutan, maksud dan tujuan diadakannya kegiatan tradisi ini dan ditutup dengan do’a.
Begitulah secara singkat gambaran mengenai suatu proses tradisi ngaruat bumi yang ada di Kabupaten Subang.


DAFTAR PUSTAKA