Sudah diterbitkan di Koran Harian Sumedang Ekspres edisi 14 Mei 2018
Kemasannya Besar, Tapi Kok Isinya Sedikit?
Oleh: Muhammad Rijal Senjaya
Pernahkan
Anda menemukan sebuah makanan ringan atau snack
yang berukuran begitu besar dan berangin
(berisi udara), tetapi ternyata isinya
tidak seberapa? Pernahkah Anda berpikir bahwa hal tersebut merupakan suatu
bentuk penipuan yang dilakukan oleh produsen terhadap konsumen? Ataukah Anda
berpikir sebaliknya? Tentu Anda lebih tahu
jawabannya. Kemasan berangin biasanya kita jumpai hampir
pada setiap kemasan produk makanan camilan, seperti keripik, kerupuk, wafer,
sereal, dan lain sebagainya. Hal ini
tentu bukanlah suatu hal yang baru dan unik. Namun tahukah Anda, bahwa kemasan
yang berangin merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh produsen untuk memperpanjang
umur simpan suatu makanan.
Terkadang
kita berpikir bahwa kemasan yang berangin merupakan suatu bentuk pengelabuan
yang dilakukan industri pangan agar produknya dianggap memiliki harga murah
tetapi isinya banyak, padahal yang terjadi sebaliknya. Namun, dibalik semua
itu, ada satu hal yang sangat penting yakni untuk mencegah terjadinya sluggish atau melempem.
Melempem (sluggish) adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut makanan yang
bertekstur kering dan renyah yang tiba-tiba lembek akibat terpapar uap air di
udara bebas. Perlu diketahui bahwa udara disekitar kita mengandung uap air yang
sangat banyak jumlahnya, apalagi di negara kita yang beriklim tropis. Makanan ringan memiliki
struktur yang tidak padat alias mengembang. Dengan struktur tersebut, uap air
dari udara bebas sangat mudah untuk terperangkap yang akhirnya terserap dan membuat makanan kurang renyah atau mengembang.
Sekarang
timbul pertanyaan, bukankah dengan pemberian udara pada kemasan semakin mempermudah
makanan untuk menyerap uap air? Tentu saja tidak. Udara yang digunakan bukanlah
udara seperti udara bebas di sekeliling kita. Udara yang digunakan adalah udara
yang telah dimodifikasi atau istilah ilmiahnya modified atmosphere packaging (MAP). Udara yang dimodifikasi ini,
kandungan terbesarnya berupa gas nitrogen, selain karbon dioksida dan oksigen. Dengan
demikian, kondisi udara yang penuh dengan uap air sudah tidak terjadi lagi di
dalam kemasan.
Selain mencegah terjadinya melempem
pada snack, mekanisme MAP ini juga
bertujuan untuk mencegah pertumbuhan mikroba, reaksi oksidasi, dan paparan
sinar matahari juga untuk memberikan kestabilan pada produk dalam proses
pendistribusiannya.
Dilansir dari situs
wittgas.com, terdapat beberapa manfaat ketika kita memanfaatkan teknologi MAP
pada produk makanan. Pertama, produk makanan akan memiliki kecepatan kerusakan
yang sangat lambat, apalagi jika dikombinasikan dengan proses pendinginan. Umur
simpan produk akan meningkat dua kali lipat sehingga kualitasnya dapat
dipertahankan dalam waktu yang lebih lama. Kedua, teknologi ini dapat mengurangi
limbah yang diakibatkan oleh kerusakan produk. Ketiga, dapat memperluas
distribusi produk hingga ke penjuru dunia karena umur simpan produk yang tahan
lama. Keempat, MAP mampu mereduksi bahkan menghilangkan bahan-bahan pengawet
yang digunakan untuk mengawetkan makanan. Terakhir, kelebihan penggunaan MAP
yaitu mampu meningkatkan kenampakan produk sehingga lebih menarik minat
konsumen.
Kelebihan-kelebihan
tersebut terbukti melalui hasil penelitian Susilo dkk. (2015) bahwa dengan metode atmosfer termodifikasi, jamur tiram putih dapat bertahan selama 3 hari
pada perlakuan A (21 % O2) dan B (12,4 – 12,5 % O2), dan bertahan
selama 4 hari
pada perlakuan C (9,2 – 9,3 % O2), D (5,9 – 6,1 % O2), dan E (3,5 – 3,7 % O2). Selain itu, pada penelitian yang
dilakukan oleh Sianipar (2010) bahwa fillet ikan yang disimpan dalam kemasan pada suhu ruang dengan komposisi gas 60% CO2/40% N2 mampu menambah masa simpan 1-4 jam.
Di samping itu, ada
pula keterbatasan dari penggunaan teknologi MAP. Dilansir dari witt.com,
produk berkemasan MAP beresiko mengalami
kegagalan karena prosesnya yang cukup rumit. Misalnya, diperlukan kecermatan
dalam mengatur kadar gas yang digunakan, memastikan bahwa kemasan tidak bocor
dan tidak terkontaminasi gas lain, dan lain sebagainya. Kemudian, teknologi ini
juga dinilai kurang ekonomis. Selain itu, teknologi ini juga mampu mempengaruhi
mutu produk. Misalnya, konsentrasi gas CO2 yang tinggi dapat membuat
gas CO2 terserap oleh produk dan membuat makanan menjadi asam.
Produk-produk
makanan yang memakai teknologi MAP dalam pengemasannya bukan hanya snack, tetapi juga produk daging dan
sosis, produk ikan dan seafood,
produk susu, roti, kue, buah, sayur, pasta, daging siap santap,
kacang-kacangan, wine, dan kopi.
Dengan
demikian, pemberian udara kemasan pada makanan ringan atau snack bukan lah suatu muslihat atau itikad buruk dari industri
pangan untuk menjebak konsumennya. Namun, jauh lebih penting dari itu adalah
supaya kualitas produk yang dikemas
dapat dipertahankan lebih lama dan tidak mudah
mengalami kerusakan. Jadi, jangan
ragu lagi untuk membeli produk dengan kemasan yang berangin ya!
Referensi:
Susilo, B., Agustiningrum, D. A., & Indriani, D. W. (2017). Pengaruh Penyimpanan Atmosfer Termodifikasi (Modified Atmosphere Storage/MAS) terhadap Karakteristik Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Agritech, 36(4), 369-378.
Susilo, B., Agustiningrum, D. A., & Indriani, D. W. (2017). Pengaruh Penyimpanan Atmosfer Termodifikasi (Modified Atmosphere Storage/MAS) terhadap Karakteristik Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Agritech, 36(4), 369-378.
Wittgas. How Modified Atmosphere Packaging Extends The Shelf Life of Food
Products. Diakses tanggal 03 Mei 2018. Terdapat di https://www.wittgas.com/us/consulting-service/white-papers/modified-atmosphere-packaging.html
Sianipar, E. H. 2010. Pengaruh
Pengemasan Atmosfer Termodifikasi PAda Fillet Ikan Patin (Pangasius hypopthalamus) dalam Penyimpanan Susu Ruang dan Suhu
Dingin. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Kota Bogor.
Peringatan!!!
Dilarang meng-copy post ini secara illegal, kecuali jika kamu mendapatkan izin dari penulis atau dengan mencantumkan sitasi URL pada blog atau tugasmu.
Hargailah penulis OK!!!
No comments:
Post a Comment