Sudah diterbitkan di Koran Harian Sumedang Ekspres edisi 14 Mei 2018
Micin,
Penyebab Utama Generasi Micin. Benarkah?
Oleh: Jafar Syidik
Akhir-akhir ini kita sering sekali
mendengar istilah generasi micin. Generasi micin ditujukan kepada anak-anak zaman now yang diduga terlalu banyak
mengonsumsi micin sehingga sering melakukan hal-hal bodoh . Apakah memang benar
mengonsumsi micin bisa membuat seseorang mengalami penurunan kecerdasan bahkan
membuat satu generasi menjadi sekumpulan orang bodoh? Sebelum membahas hal
tersebut, ada baiknya kita kenali lebih jauh apa sih micin itu?
Apa itu Micin?
Micin atau MSG atau monosodium glutamat merupakan garam
yang molekul penyusunnya berupa sodium/natrium (Na) dan glutamat. Sebagai
perbandingan, garam dapur yang biasa kita gunakan itu sodium klorida atau rumus molekulnya
NaCl. Jadi bedanya MSG dengan garam biasa adalah Cl-nya diganti dengan glutamat..
Glutamat sendiri merupakan asam amino non
esensial bagi kita. Asam amino non esensial ini bukan berarti asam amino yang
tidak
penting untuk tubuh kita, tetapi merupakan asam amino yang bisa diproduksi sendiri di dalam tubuh. Glutamat
terdapat secara alami di hampir seluruh makanan yang kita makan, mulai dari
ikan, daging, susu, sayur, hingga buah-buahan.
Fungsi dan Dosis Micin
Saat
ini, micin atau MSG sudah secara luas digunakan sebagai penyedap makanan di
dunia, mulai makanan instan seperti baso, sup-sup kalengan sampai makanan
ringan yang ada di warung-warung. Tapi kenapa, sih, micin bisa
membuat makanan jadi terasa enak?
micin bekerja dengan memperkuat rasa alami dari berbagai makanan, seperti
daging, ikan, sayur, dll. Nah, micin ini bisa memperkuat rasa karena
glutamatnya. Rasa gurih yang dihasilkan oleh micin itu ternyata bukan
berasal dari jenis rasa yang sudah umum kita kenal, seperti manis, asam, asin,
pahit.. Rasa enak dari micin ini memiliki
jenis rasa yang lain. Lidah manusia punya reseptor tersendiri untuk rasa
gurih dari Glutamat. Orang-orang Jepang menyebut rasa gurih ini dengan rasa
“umami”. .
Dosis
micin yang direkomendasikan oleh U.S Food and Drug Administration (FDA) adalah
sekitar 30 miligram per berat badan. Misalnya, seseorang dengan berat
badan 100kg, maka dosis micin yang direkomendasikan untuk orang tersebut
adalah sekitar 3 gram/hari. Itu sebanyak apa sih? Jika diasumsikan bahwa micin
yang ditambhakan ke dalam satu mangkok
baso adalah sekitar 0,5 gram. Maka orang tersebut dalam satu hari penuh jika
hanya mengonsumsi bakso saja diperbolehkan mengonsumsinya sampai maksimal 6
mangkok baso.Tentu hitung-hitungan ini hanya mempertimbangkan konsumsi dari
sudut pandang micinnya saja.
Bagaimana Tubuh Kita Merespon Micin?
Menurut
U.S Food and Drug Administration (FDA), micin atau MSG yang kita konsumsi akan dipecah oleh sistem pencernaan menjadi
sodium/natrium (Na) dan Glutamat. Kedua bahan ini akan bernasib sama dengan Na
alami dan glutamat alami. Na akan menjadi ion yang terlibat dalam berbagai
macam proses di dalam tubuh. Sedangkan 95% glutamat yang dikonsumsi akan
dimetabolisme oleh sel-sel usus halus dan akan diubah menjadi energi untuk
menjalankan pencernaan di usus halus itu sendiri. Sisa 5%-nya digunakan untuk
membentuk protein atau dijadikan prekursor untuk menghasilkan senyawa-senyawa
lain, seperti glutathione, arginine, dan proline. Oiya buat yang belom tau,
prekursor adalah zat atau bahan pemula untuk memulai proses biosintesis.
Kelebihan Na atau Glutamat di dalam tubuh akan direspon oleh tubuh dengan
mengeluarkannya dalam bentuk urin.
Jadi, Apakah Micin aman dikonsumsi?
Menurut
FDA, micin atau MSG dikategorikan sebagai zat yang cukup aman dikonsumsi. Tapi
tetap harus diingat, “aman” menurut FDA itu jika dosisnya sesuai dengan
rekomendasi mereka. Tetapi jika memang micin itu aman dikonsumsi, mengapa
banyak stigma negatif seputar micin, bahkan ada yang mengatakan bahwa
mengonsumsi micin bisa membuat seseorang menjadi bodoh. Langsung saja kita
bahas.
Micin Mengakibatkan Kebodohan?
Sama seperti di organ tubuh lainnya, glutamat juga
berperan dalam metabolisme energi dan protein di otak. Selain itu, glutamat
memiliki fungsi lebih pada otak, yaitu sebagai neurotransmiter. Neurotransmiter
berperan untuk menyampaikan sinyal-sinyal dari sel saraf ke sel target, seperti
sel otot atau sel endokrin (kelenjar hormon). Namun, kadar glutamat
berlebih di otak memang dapat
menyebabkan kerusakan pada otak. Pada tahun 1960, peneliti dari
Washington University menemukan bahwa MSG dengan dosis sekitar 4gram/kg
berat badan memiliki efek merusak jaringan otak tikus baru lahir (umur 2 sampai
9 hari) . Tapi ternyata hasil ini dianggap tidak valid untuk membuktikan MSG
itu berbahaya. Dosisnya terlalu besar yaitu 4gram/kg untuk tikus baru lahir.
Jika kita bayangakan, MSG-nya lebih dari kadar MSG 6 mangkok baso yang sudah
kita coba hitung di atas, selain itu subjek penelitiannya bayi tikus yang kecil
pula.
Penelitian
lain pada tahun 1970, Bazzano, D’Elia dan Olson melakukan penelitian pada
11 relawan dewasa. Setiap orang diberikan asupan glutamat sampai dengan 100gram
per hari selama 42 hari. Setiap harinya, para peneliti mengawasi status
kesehatan para relawan dan ngeliat efek glutamat yang diberikan ke sistem
syaraf. Sampai hari ke-42, tidak ditemukan bukti bahwa micin dapat
merubah struktur maupun fungsi sistem syaraf para relawan tersebut.
Dengan demikian, anggapan yang mengatakan micin menyebabkan
kebodohan tidak punya landasan bukti yang valid. Micin itu tidak membuat bodoh, kecuali
kamu makan 20 mangkok bakso setiap hari selama sebulan penuh kali, ya.
Kalau itu sih, gak perlu makan micin juga orangnya memang sudah
bodoh.
Kesimpulannya,
generasi micin tidak terbukti disebabkan oleh terlalu banyaknya konsumsi micin.
Walaupun begitu, ada baiknya kita mengonsumsi MSG sesuai dengan patokan batas amannya,
yaitu 30 miligram per berat badan per hari.
Peringatan!!!
Dilarang meng-copy post ini secara illegal, kecuali jika kamu mendapatkan izin dari penulis atau dengan mencantumkan sitasi URL pada blog atau tugasmu.
Hargailah penulis OK!!!